Like other Muslims, Emak, -a kind old lady, is eager to perform the pilgrimage (Haj). Unfortunately, she does not have the money to fulfill her wish. Her daily cake sales are not enough, and her widower son Zein, merely hawks his paintings around the neighborhood. Zein sees her persistence, and wants desperately to realize Emak’s wish. But the unfinished problems of his failed marriage, makes him feel helpless. Meanwhile, Emak’s wealthy neighbor has gone for the Haj (the major Mecca pilgrimage) many times, as well as the Umrah (or the minor Mecca pilgrimage).

Emak, wanita usia lanjut yang sabar, tulus, dan penuh kebaikan hati, seperti umat Islam lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah haji. Sayangnya, Emak tidak memiliki biaya untuk mewujudkan keinginannya. Emak sehari-hari berjualan kue dan juga dari Zein, anaknya yang duda, penjual lukisan keliling. Walaupun Emak tahu bahwa pergi haji adalah hal yang sulit diraih, Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak. Tapi, keterbatasannya sebagai penjual lukisan keliling, serta masalah-masalah yang diwarisinya dari perkawinannya yang gagal, menyebabkan Zein hampir-hampir putus asa dan nekat. Sementara, tetangga Emak yang kaya raya sudah beberapa kali menunaikan haji, apalagi pergi umroh. Di tempat lain ada orang berniat menunaikan haji hanya untuk kepentingan politik